Jateng Raya

Subardho, Polisi Yang Bersemangat Melestarikan Budaya Jawa

SEMARANG – HKNews.info – Pembukaan pawiyatan Panatacara atau Pamedhar Sabda Permadani Cabang Kecamatan Mijen angkatan ke-3 atau Permadani Kota Semarang angkatan ke-104, dibuka oleh Ketua DPD Permadani Kota Semarang, Basuki Gunarto, S.Pd, di Balai Kinanti Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Semarang, Senin (2/11/2021) malam.

Ketua Permadani Cabang Kecamatan Mijen, Subardho, SH

Ketua Permadani Cabang Kecamatan Mijen, Subardho, SH., saat ditemui awak media usai pembukaan Pawiyatan panatacara atau pamedar sabda mengatakan peserta yang mengikuti kursus pembawa acara Jawa ini ada 72 orang, 8 diantaranya perempuan.

“Ini angkatan ketiga di Kecamatan Mijen, ada sekitar 72 peserta yang mengikuti kursus panatacara atau pamedhar sabda, 8 orang diantaranya perempuan,” ujar Bardho.

Menurut Bardho, dengan adanya kursus Panatacara ini selain mendapat legalitas yang diakui oleh Permadani sebagai wadah para panatacara dan pelaku seni budaya, diharapkan pula dapat melestarikan budaya adi luhung yang merupakan ciri dari budaya Jawa agar tidak hilang begitu saja tergerus oleh kemajuan teknologi dijaman milenial ini.

“Diharapkan dengan adanya kursus panatacara atau pamedhar sabda ini, masyarakat akan bangkit untuk ikut handarbeni, membangkitkan, menggali kebudayaan yang mungkin sudah hampir hilang sehingga masyarakat memahami budayanya sendiri,” imbuhnya.

Bardho yang hobby dengan olah raga bersepeda dan masih sebagai anggota kepolisian aktif dengan jabatan Kanitreskrim Polsek Mijen Polrestabes Semarang dengan pangkat IPTU ini juga mendapatkan gelar kehormatan dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan telah diwisuda sebagai Abdi Dalem pada Mei 2010 lalu dengan sebutan Raden Bekel Sepuh Yudho Subardho, SH.

Ditempat yang sama, Ketua DPD Permadani Kota Semarang, Basuki Gunarto, S.Pd, mengatakan bahwa dengan belajar MC bahasa Jawa (Panatacara/Pamedhar sabda) adalah salah satu upaya melestarikan budaya Nasional Indonesia.

“Pawiyatan panatacara atau pamedhar sabda adalah salah satu upaya melestarikan budaya nasional Indonesia. Karena kebetulan kita berada di wilayah Jawa, ya budaya Jawa ini yang berusaha kita jaga dan lestarikan,” ujar Basuki.

Dijelaskan Basuki, Permadani tidak hanya berada di Pulau Jawa saja, namun di luar Jawa pun ada Permadani yang juga mempunyai tujuan yang sama, yaitu melestarikan budaya di wilayah masing-masing.

Dalam hal pembelajaran panatacara atau pamedhar sabda ini menurut Basuki, ada pedoman-pedoman tertentu dalam menjalankan kegiatannya (sesuai kurikulum) dan tidak asal-asalan namun diberikan materi lain selain belajar panatacara.

“Jadi disini tidak hanya diajarkan bagaimana menjadi panatacara atau pamedhar sabda saja, namun diberikan materi adat tata cara Jawa juga, mulai dari orang hidup dalam kandungan, kelahiran sampai kematian semua ada adat tata cara Jawanya,” urainya.

Menurutnya, dengan adanya kegiatan kursus untuk menjadi pembawa acara dengan adat Jawa ini diharapkan masyarakat memahami dengan baik tata cara menjadi seorang pembawa acara (panatacara/pamedhar sabda) sesuai dengan bahasa, sastra dan busana pada saat membawakan acara atau MC.

Sekretaris Kecamatan Mijen, Suharno, SE., MM, sangat mengapresiasi dengan adanya kegiatan pawiyatan panatacara atau pamedhar sabda yang dilaksanakan di oleh Permadani Cabang Kecamatan Mijen Kota Semarang.

“Sangat layak jika kegiatan ini menjadikan Wonolopo sebagai Kampung Seni dan Budaya. Kedepan akan kami upayakan agar kegiatan nguri-uri budaya Jawa ini agar mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, dalam hal ini Kecamatan Mijen,” ungkap Harno.

Heru Sutomo, salah satu warga Wonolopo yang juga ikut menjadi peserta kursus pembawa acara berbahasa Jawa merasa bangga dengan adanya kegiatan pawiyatan panatacara atau pamedhar sabda yang dilaksanakan di wilayahnya.

“Ikut nguri-uri budaya Jawa yang penuh pitutur luhur dan budi pekerti agar jangan sampai budaya yang luhur ini akhirnya luntur,” kata Heru. (had).

Related Articles

Back to top button