Politik

Safari Religi Perjuangan Relawan Ning Lia, Bekal Menuju Pilkada Surabaya 2020

Relawan Suroboyo Ceria dan Almatura saat ziarah ke makam KH Abdul Wahab Hasbulloh di Tambakberas, Jombang

SURABAYA – HKNews.info : Langkah Relawan Benteng Ning Lia kian pasti menciptakan Suroboyo Adem (Aman, Damai, dan Tenteram) dengan mengacu pada “Nawa Tirta” Ning Lia (Lia Istifhama), untuk menuju Pilkada Surabaya 2020.

Inilah langkah Relawan Ning Lia dalam “Safari Religi Perjuangan” yang menginsipari kepahlawanan para tokoh pejuang kemerdekaan, sebagai tambahan bekal ke kancah pilkada.

Bukanlah tanpa alasan bila Relawan Suroboyo Ceria dan Almatura berziarah ke makam para pahlawan dan ulama, yang perjuangan mereka berkaitan erat dalam membangun sejarah Surabaya.

Ziarah di Makam Bung Tomo
Ziarah di Makam KH Abdurrahman Wahid, Presiden RI ke-4
Ziarah di Makam KH Abdul Wahab Hasbulloh
Saat ziarah di Makam Bung Karno

Seperti dalam Safari Religi Perjuangan, yang dilakukan hari Kamis, 11 Juni 2020, dengan berziarah ke makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH Hasyim Asyari, dan KH Wahid Hasyim di  Jombang. Bertujuh…, Sudarmanto yang akrab disapa Gus Dar, H Abdurrahman, A Suherman, Setiyo, Nanang, Mulyono, dan Sutrisno, bersimpuh dalam khusuk di pendopo Pondok Pesantren Tebuireng, menghadap ke makam Presiden RI ke-4, yakin akan mendapatkan semangat, restu dan barokah, dalam perjuangan yang ditempuh.

Ziarah dilanjutkan ke makam KH Abdul Wahab Hasbulloh, seorang Ulama sekaligus Pahlawan Nasional, di Tambakberas, Jombang. Ke tujuh Relawan Suroboyo Ceria dan Almatura bermunajatkan doa yang sama di pusara sang pahlawan, untuk berkah perjuangan mereka.

Siang itu juga, dari Jombang meluncur balik ke Surabaya, langsung menuju Makam Bung Tomo (Sutomo) Pahlawan 10 November, di kawasan makam umum Ngagel, Surabaya. Kembali bertujuh bersimpuh di depan makam sang pahlawan, bermunajatkan doa yang sama. Yang pasti ziarah kali ini melengkapi ziarah hari sebelumnya, Minggu (7/06/2020) ke makam Proklamator RI, Bung Karno Sang Putra Fajar, Pemimpin Besar Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat, di Blitar, Jawa Timur.

“Ya tokoh – tokoh pahlawan nasional inilah yang mengukir sejarah Surabaya,” kata Gus Dar, yang dibenarkan pula oleh H. Abdurrahman.

Ziarah Di Makam Bung Tomo

“Bahwa membela tanah air adalah sebagian dari pada iman,” sambung Abdurrahman. Diungkapkannya, perjuangan arek – arek Suroboyo di masa mempertahankan kemerdekaan, tidak lepas dari resolusi jihad NU, sehingga kepahlawanan beliau – beliau, yakni Bung Karno, KH Hasyim Asyari dan Bung Tomo tak bisa dipisahkan dalam konteks perjuangan Surabaya.

Menurut Abdurrahman, safari religi perjuangan ini menemukan relefansinya pada saat Ning Lia dan segenap relawan menghadapi Pilwali Surabaya 2020. Dalam konteks Surabaya ke depan, Relawan Ning Lia yang begitu peduli dalam semangat nasionalisme perjuangan, berada di barisan penguatan Benteng Ning Lia (Lia Istifhama).

Bila mencuplik sejarahnya, lanjut Gus Dar, ketika itu resolusi jihad para santri yang di pimpin KH Hasyim Asyari, menuju Surabaya untuk mendukung perjuangan Bung Tomo dan arek – arek Suroboyo. “Di situlah terbentuk wacana Bang-Jo (merah – hijau atau marhaen – NU) di Surabaya. Jadi Bang-Jo merupakan keniscayaan sejarah, seperti terjadi dalam perjuangan arek – arek Suroboyo, tersebut,” papar Gus Dar.

Relawan Benteng Ning Lia di depan Pendopo makam Gus Dur

Bagi mereka yang menafikkan Bangjo, itu sesungguhnya mereka telah melupakan sejarah. Padahal Bung Karno sebagai bapak marhaenis Indonesia telah berpesan melalui filosofinya tentang “Jasmerah” yakni “Jangan Sekali – Sekali Melupakan Sejarah”. Sejarah Surabaya adalah Bangjo.

Sementara itu, elektabilitas Ning Ceria (Lia istifhama / Ning Lia) semakin terdongkrak oleh gerakan masif para relawan yang tak henti melakukan kegiatan dari bhakti sosial hingga melakukan Safari Religi Perjuangan.

Sejak Ning Lia ‘turun ke bawah’ bulan Juni 2019 hingga kini terhitung setahun kiprahnya di tengah masyarakat, dalam rekam jejaknya telah 65 % wilayah Surabaya didatangi dalam berbagai kegiatan, seperti memberikan siraman rohani, menghadiri hari besar Islam maupun hari besar nasional, sampai saat pandemi Covid-19 melanda kegiatan Ning Lia dan relawan boleh dikata “tiada hari tanpa bhaksos (bhakti sosial). “Boleh jadi Ning Lia kini dikenal masyarakat jauh lebih unggul dari yang lain,” ucap Abdurrahman.

Maka dalam mendulang suara saat Pilwali di Kota Surabaya yang berbasis nasionalis ini, diyakini akan bertambah. Apalagi Ning Lia telah meluncurkan “Nawa Tirta Suroboyo Adem” bagi kemasyhuran warga Kota Pahlawan. (yok)

Related Articles

Back to top button