Halo SurabayaHeadlineJatim

“Bukan Sekadar Peliput Berita, Jurnalis PWI Surabaya Didorong Jadi Mitra Strategis Pembangunan Kota !”

Terungkap dari Refleksi Akhir Tahun 2025 Judes bersama Ketua PWI Jatim, Lutfil Hakim.

SURABAYA – HKNews.info : Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) diharapkan tidak hanya menjadi wadah berkumpulnya para jurnalis, tetapi juga menjadi motor penggerak gagasan bagi kemajuan daerah.

Hal ini ditekankan oleh Ketua PWI Jatim, Lutfil Hakim, saat menghadiri agenda tahunan Judes (Jurnalis Dewan Surabaya), pada Jumat petang (19/12/2025), yang digelar di sebuah villa di kawasan Tretes, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Tidak kurang dari 50 insan pers yang tergabung dalam Kelompok Kerja Wartawan DPRD Kota Surabaya, atau yang lebih kesohor dengan nama “Judes”, ini khidmat menyimak setiap point penting yang dipaparkan Lutfil Hakim, meski dengan menahan hawa dingin kawasan wisata favorit di Pasuruan, ini.

Acara yang bertajuk “Refleksi Akhir Tahun 2025” kali ini menyoroti pentingnya kekompakan dan kontribusi pemikiran jurnalis terhadap kebijakan publik.

“PWI itu P-nya adalah Persatuan. Persatuan harus ditaruh di atas segalanya. Jika kita sudah kompak, program kerja apa pun akan lebih mudah diterima dan dijalankan,” tutur Lutfil Hakim.

Tentang potensi ekonomi Surabaya yang luar biasa, dipaparkan Cak Item (panggilan akrab Ketua PWI Jatim periode 2021 – 2026, itu. Atau banyak juga yang memanggilnya “Ayah”), terkait data strategis mengenai kekuatan ekonomi Surabaya. Dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mencapai Rp12,7 triliun, Surabaya memiliki kekuatan fiskal yang jauh melampaui beberapa provinsi di Indonesia, seperti Sulawesi Selatan (Rp9,4 triliun) maupun gabungan empat kabupaten di Madura (sekitar Rp10,5 triliun).

Melihat angka yang fantastis dengan luas wilayah yang relatif kecil (sekitar 300 km²), Surabaya dinilai sebagai “wilayah seksi” yang sangat strategis. Oleh karena itu, jurnalis yang bertugas di lingkungan DPRD dan Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot) diminta untuk lebih kritis dan jeli melihat potensi ekonomi.

Cak Item juga membhas tentang Jurnalis sebagai Penyumbang Gagasan. Ia menekankan,
bahwa jurnalis tidak boleh hanya terpaku pada liputan rutin (seremonial). Namun jurnalis harus mampu memberikan masukan kepada legislatif agar eksekutif lebih progresif dalam bekerja.

“Jurnalis tidak hanya menyajikan berita, tapi perlu memberikan gagasan. Tulisan Anda harus bisa memicu kerja eksekutif. Anda berkontribusi pada kemajuan kota ini,” tegasnya.

Beberapa poin krusial yang disoroti sebagai bahan gagasan bagi jurnalis antara lain :

  1. Sinergi dengan Sektor Swasta: Menyoroti bagaimana fasilitas publik seperti mal dan perumahan elit yang dibangun pengembang (tanpa APBD) justru berkontribusi besar pada Indeks Kebahagiaan Warga dan menggerakkan lebih dari 112 industri turunan.
  2. Optimalisasi Pelabuhan: Mengingat PDRB Surabaya mencapai hampir Rp800 triliun (kontribusi 24% terhadap Jawa Timur), relasi antara Pemkot dengan Pelabuhan sebagai pintu gerbang ekonomi harus diperkuat. Isu seperti dwelling time (waktu bongkar muat) seharusnya menjadi perhatian bersama demi kelancaran ekonomi kota.
  3. Kesejahteraan dan Hunian: Mengingatkan pemerintah akan tanggung jawab penyediaan hunian yang layak sesuai Pasal 28E UUD 1945, serta mempermudah perizinan bagi sektor swasta yang membantu penyediaan rumah bagi warga.

“Jangan hanya bicara hubungan antara eksekutif dan legislatif secara formal, tetapi bahaslah ekosistem potensi yang ada. Jurnalis harus bertanya, sejauh mana relasi yang dibangun Pemkot dengan sektor-sektor kunci seperti pelabuhan untuk kemakmuran warga,” tutupnya.

Terlihat betapa pentingnya profesionalisme jurnalis dalam memahami data makro ekonomi kota guna memberikan kontrol sosial yang lebih berkualitas.

Melalui semangat persatuan di tubuh PWI, diharapkan wartawan Surabaya mampu bertransformasi menjadi mitra strategis yang mengawal APBD agar tepat sasaran dan memberikan feedback yang membangun bagi pemerintah.

Sementara itu Ketua Judes, Inyong Maulana, sempat mengevauasi kegiatan Pokja Judes selama tahun 2025, sekaligus menyampaikan tentang apa dan bagaimana langkah ke depan menapaki tahun 2026 dengan lebih professional.

Hal ini diungkapkan pada prolog acara ini sekaligus bersama segenap wartawan Judes menyambut kedatangan Ketua PWI Jatim, Lutfil Hakim, berkenan menjadi pembicara. Tak kurang Judes memberikan penghormatan khusus kepada Ketua PWI Jawa Timur, Lutfil Hakim,  yang memprioritaskan hadir dalam acara ini di tengah jadwal yang sangat padat, termasuk di sela agenda pelantikan IKA UA dan kegiatan di Gresik.

Dikatakan inyong, dalam gelar Refleksi Akhir Tahun 2025 ini kita akan memperkuat profesionalisme dan etika jurnalisme menuju 2026. Point – pointnya antara lain :

  1. Tantangan Profesionalisme vs Komersialisme: Diakui bahwa batasan antara bekerja secara profesional dengan sekadar “mencari uang sembarangan” sangatlah tipis dan sulit dibedakan dalam praktik di lapangan. Oleh karena itu, kehadiran pimpinan PWI diharapkan dapat memberikan pencerahan agar jurnalis tetap berada di koridor yang benar.
  2. Adaptasi Aturan PWI Pusat terkait Media Sosial: Mengingat adanya aturan baru dari PWI Pusat yang mengatur tentang konten media sosial dan platform digital, para jurnalis diingatkan untuk memahami regulasi tersebut. Hal ini krusial agar karya jurnalistik tidak melenceng dari etika dan tidak bersinggungan dengan masalah hukum di masa depan.
  3. Evaluasi 2025 dan Optimisme 2026: Sebagai penutup tahun 2025, pengurus POKJA menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan selama setahun terakhir. Momentum ini dijadikan pijakan untuk melangkah lebih baik, lebih sinergis, dan lebih profesional pada tahun 2026.

Ditegaskan Inyong, bahwa dalam memasuki tahun 2026 jurnalis dituntut untuk semakin profesional, memahami aturan main di media sosial, dan menjaga integritas agar kontribusi mereka tetap bermartabat dan aman secara hukum. (yok)

Related Articles

Back to top button