Wali Kota Eri Cahyadi Resmikan RPH Banjarsugihan. Berharap Taraf Ekonomi Rakyat Meningkat.
SURABAYA – HKNews.info : Kawasan Banjarsugihan mendadak semarak, tidak seperti hari – hari biasanya. Semaraknya suasana sore itu, Jumat (23/2/2024), bisa disaksikan di sekitaran RPH Banjarsugihan. Tampak para Kepala OPD, juga Camat Tandes, berada di antara para undangan yang telah memenuhi kursi di bawah tenda berhias rapi, yang didirikan di komplek area RPH Banjarsugihan.
Tak lama kemudian iring – iringan mobil Wali Kota Eri Cahyadi pun tiba di lokasi, dalam sambutan yang karib dan khidmat.
Ya… di sinilah, di Banjarsugihan, Wali Kota Eri Cahyadi datang untuk meresmikan Rumah Potong Hewan (RPH), yang disebutkan oleh Direktur Utama PD RPH Kota Surabaya, Fajar Arifianto Isnugroho, sebagai RPH non halal, karena memang khusus untuk babi.
Dan… RPH Banjarsugihan merupakan relokasi dari tempat jagal babi yang sebelumnya berada di Pegirian, Semampir, yang lebih kesohor sebagai kawasan Wisata Religi Sunan Ampel, Surabaya. Betapa para habib dan kyai bersyukur dengan terlaksananya relokasi ini.
Dalam sambutannya, Wali Kota Eri Cahyadi juga berpesan, agar keberadaan RPH Banjarsugian membawa kebaikan bagi warga sekitar, menyerap tenaga kerja dari warga setempat dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
“Sudah ada sekitar tujuh warga bekerja di sini, sehingga terus akan bertambah ketika jumlah babinya juga bertambah. Karena semakin banyak yang dipotong, semakin banyak kita membutuhkan tenaga. Nantinya tenaga itu kita fokuskan di warga sekitar,” jelasnya.
Wali Kota Eri Cahyadi juga berharap omzetnya semakin meningkat. “Karena empat hari kita melakukan pemotongan dalam seminggu itu, per harinya 200 lebih. Dengan harapan ketika itu dipindahkan ke Banjarsugihan bisa lebih dari itu, karena tempatnya lebih besar dan nyaman,” kata Wali Kota Eri Cahyadi usai acara peresmian.
Menurut dia, RPH khusus babi di Banjarsugihan tempatnya lebih representatif dan nyaman. Lebih dari itu, lokasinya juga tidak seperti di Pegirian yang berdekatan dengan kawasan religi Sunan Ampel.
“Sehingga harapan pemkot dengan berdirinya RPH di Banjarsugihan ini, maka omzet dari RPH terkait semuanya itu akan bisa naik, terutama untuk (pemotongan) babi yang sudah dipindahkan,” ujarnya.
Selain rumah potong khusus babi, Wali Kota Eri mengungkapkan bahwa pihaknya juga berencana memindahkan RPH Pegirian. Rencananya, pemotongan sapi di Pegirian itu dipindahkan ke kawasan Tambak Osowilangun Surabaya.
“Insyaallah di bulan September, kita juga akan memindahkan terkait dengan pemotongan sapi di tempat baru, yaitu di Tambak Osowilangun. Dengan dua tempat berbeda itu, maka saya berharapnya (omzet) bisa naik,” tuturnya.
Bersamaan dengan RPH Banjarsugihan, turut pula diresmikan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) 3R (Reduce, Reuse dan Recycle). Saat ini TPS 3R Banjarsugihan mampu mengolah 3 ton sampah per hari. Namun ke depan ditargetkan dapat mengolah sampah hingga 10 ton per hari seperti di TPS 3R Jambangan.
Sementara itu, Direktur Utama PD RPH Kota Surabaya, Fajar Arifianto Isnugroho menyatakan bahwa setelah RPH khusus babi direlokasi dari Pegirian ke Banjarsugihan, pihaknya langsung melakukan uji coba pemotongan.
“Jadi kami sudah menetapkan masa uji coba, mulai hari Senin pekan lalu, sampai dengan Sabtu ini. Karena ini evaluasi kami sudah berjalan dengan normal, berjalan baik, adaptasi peralatan atau lainnya itu normal, karena proses penyesuaian,” kata Fajar.
Ia juga menjelaskan bahwa setiap malam, RPH khusus babi Banjarsugihan melakukan pemotongan sekitar 200 ekor. Pemotongan babi di RPH Banjarsugihan dilakukan seminggu empat kali. “Per hari itu sekitar 200an per malam. Karena ini sekarang motongnya masih seminggu empat hari, maka jumlahnya seperti itu,” ujarnya.
Akan tetapi, Fajar memastikan akan terus berupaya untuk menambah kuantitas pemotongan babi di RPH Banjarsugihan. Meski, kata dia, peralatan potong di RPH Banjarsugihan masih menggunakan alat tradisional.
“Tantangan dari Pak Wali, kalau bisa per malam potong 500 (ekor), maka akan ada modernisasi peralatan alat potongnya. Kita kan sementara masih tradisional, masih sama dengan Pegirian. Jadi tempatnya baru, tapi peralatan masih lama,” kata dia.
Selain itu, Fajar menyebut, RPH khusus babi Banjarsugihan telah dilengkapi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dengan teknologi baru dan sangat representatif. Hal ini berbeda dengan di Pegirian yang masih dinilainya terbatas.
“Yang sekarang besar, kalau Pegirian sangat terbatas. Ini harapannya Pak Wali, kalau IPAL gede (besar), pemotongan meningkat, kita tidak akan repot lagi,” pungkas dia. (yok/tris)