Jateng Raya

Kirab Gelar Budaya Kecamatan Mijen Harmoni Diringan Karawitan Permadani Laras

SEMARANG – HKNews.info : Masih dalam rangkaian memeringati dan memeriahkan HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, Permadani Cabang Kecamatan Mijen, Kota Semarang melaksanakan kegiatan Gelar Budaya di Lapangan Mijen, Semarang, Minggu (21/8/2022) sore.

Kirab Gelar Budaya diikuti oleh 14 kelurahan se-Kecamatan Mijen, diawali Drumband dan Paskibra SMA 16 Mijen, serta diikuti oleh beberapa rombongan kesenian antara lain, Seni Reog Ponorogo, Beladiri PSHT, Rebana, Tari Gambyong serta barisan keluarga besar Permadani Cabang Kecamatan Mijen dengan pakaian kebesaran Ageman Jangkep.

Menyambut kedatangan iring – iringan peserta kirab memasuki lapangan diiringi dengan lantunan Gending Jawa oleh Karawitan Permadani Laras Mijen, semakin menambah suasana begitu kental dengan nuansa adat budaya Jawa.

Tak pelak, Penasehat Permadani Cabang Kecamatan Mijen KRT H.A Dawud Nata Aji Nagara memberikan apresiasi kepada Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (Permadani) atas kiprah yang dilaksanakan oleh Permadani Mijen dalam rangka nguri – uri budaya Jawa agar tidak tergerus oleh perkembangan jaman dan canggihnya teknologi.

“Dengan adanya Kirab Budaya di Kecamatan Mijen ini adalah merupakan prestasi yang luar biasa, karena era sekarang itu manusia oleh sistem dijauhkan dengan budayanya, jadi sebenarnya merupakan upaya – upaya penghancuran bangsa, karena penghancuran bangsa salah satunya adalah dengan menghancurkan budayanya. Sehingga generasi – generasi berikutnya tidak akan mengerti budaya, sehingga banyak dimanfaatkan oleh orang – orang yang berusaha untuk menghancurkan bangsa,” tutur Njeng Dawud panggilan penghormatan bagi orang yang dituakan di Permadani.

Untuk itulah menurut Njeng Dawud, Kecamatan Mijen mengadakan terobosan sangat luar biasa dapat mengadakan kegiatan yang bernuansa budaya dengan Kirab Budaya yang sekaligus memeringati HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Dawud berharap, warga Kecamatan Mijen akan semakin mencintai terhadap budayanya serta melakukan upaya – upaya nyata guna melestarikannya.

Ada tiga hal yang menurut Njeng Dawud harus menjadi pedoman dalam rangka melestarikan budaya, yaitu ; Melestarikan, Mengembangkan serta Memberdayakan.

Menurutnya, melestarikan tanpa dikembangkan akan menjadi jadul, mengembangkan tanpa ada unsur pelestarian akan menghilangkan kiblat yang akhirnya tidak tahu lagi akan berkiblat kemana dan pada siapa. Sehingga pelestarian dan pengembangan ini adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan.

Dan pertanyaannya, jika sudah lestari dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan, lantas mau dibuat apa?.

“Nah, disinilah perlu adanya Pemberdayaan. Pemberdayaan dari nilai – nilai budaya itu sendiri,” katanya.

Dikatan Dawud, nilai – nilai budaya dapat meliputi, nilai gotongroyong, kerukunan, serta nilai – nilai positif dalam masyarakat yang ada menurut kearifan lokal budayanya.

Harapannya kedepan, Kecamatan Mijen menjadi Punjering Budaya Kota Semarang.

“Jadi kalo ada kecamatan sebagai pelestari dan pengembang budaya, ya Mijen,” tandasnya.

Upaya yang dilakukan oleh Kecamatan Mijen adalah upaya riel dan merupakan startingpoint yang sangat luar biasa mendeklair Kecamatan Mijen adalah Punjering Budaya Kota Semarang sebagai pelestari dan pengembang budaya yang ada.

Tak dipungkiri jika dalam hal pelestari budaya, Mijen merupakan pioner yang berusaha mengaktualisasi potensi budaya agar tidak semakin dijauhi dan ditinggalkan oleh generasi penerus bangsa berikutnya.

“Bukan hal yang mustahil jika kedepan, Mijen adalah Punjering Budaya dari semua kecamatan yang ada di Kota Semarang yang melestarikan dan mengembangkan budaya,” imbuhnya.

Dalam istilah Jawa, Dawud mengambil sebuah kata bijak terkait dengan budaya dalam sebuah ketatanegaraan.

“Rum kuncaraning bangsa dumunung aneng luhuring budaya (keharuman dan kejayaan suatu bangsa bergantung pada keluhuran budayanya). Jadi keharuman dan kejayaan suatu bangsa itu bergantung pada keluhuran budayanya,” kata Dawud yang juga pengoleksi dan pemerhati Tosan Aji usai mengikuti acara Gelar Budaya Kecamatan Mijen.

Dawud mengatakan bahwa Mijen saat ini berusaha menyebarkan virus. Virus pelestarian budaya. Dan harapannya bukan hanya Mijen, karena Mijen hanya sebagai pioner atau yang mendahului upaya-upaya pelestarian budaya, sehingga bisa menular kepada kecamatan lain dan tertangkap positif oleh Pemerintah Kota Semarang yang kemudian mengajangi dari masing-masing kecamatan untuk melakukan upaya pelestarian dan mengembangkan budaya tersebut.

“Jujur aja, Semarang itu sulit sekali untuk melestarikan dan mengembangkan budaya, karena merupakan kota perniagaan dan kota transit, itu sangat berat. Dalam kapasitas saya yang pernah mendapatkan SK Wali Kota sebagai Pamong Budaya Kota Semarang, itu saya rasakan berat sekali, dan sekarang Alhamdulillah banyak teman yang menemani dan membantu bersama – sama bekerja demi pelestarian pengembangan budaya itu. InSha Allah Mijen menjadi Punjering Budaya Kota Semarang dan Semarang sebagai Kota Pelestari Budaya Nasional,” pungkas KRT H.A Dawud Nata Aji Nagara dengan penuh semangat siap mambantu Pemerintah Kota Semarang dalam melestarikan dan mengembangkan budaya.

Sementara itu ditempat sama usai acara Kirab Gelar Budaya Kecamatan Mijen, Ketua panitia yang juga Ketua Permadani Cabang Mijen serta sebagai Ketua Forum LPMK Kecamatan Mijen, Edi Purnomo mengaku bangga sekaligus haru dengan terselenggaranya acara Gelar Budaya yang berlangsung meriah dan sukses.

Semua itu menurut Edi, tak lepas dari kerjasama semua stakeholder yang ada di Kecamatan Mijen sehingga dapat melaksanakan kegiatan Gelar Budaya sekaligus memeringati dan memeriahkan HUT ke77 Kemerdekaan RI.

“Sebagai Ketua Forum LPMK Kecamatan Mijen, secara otomatis sinerginya dengan camat meskipun ide dalam kegiatan ini juga dari Permadani Cabang Mijen, karena harus melibatkan stakeholder yang ada di kecamatan,” tutur Edi menjelaskan.

Karena menurutnya, camatlah yang mempunyai jaringan struktur birokrasi, sehingga camat dapat memberikan instruksi kepada jajarannya di tingkat kelurahan beserta stafnya di 14 kelurahan yang ada di Kecamatan Mijen menjadi satu komando dari Camat Mijen.

Dikatakan Edi, ide dan gagasan Gelar Budaya diakuinya berangkat dari Permadani Cabang Mijen, namun berkat kerjasama yang baik dengan LPMK serta stakeholder yang terlibat sehingga dapat terlaksana kegiatan Kirab Gelar Budaya kali pertama diadakan di Mijen.

Menurutnya, budaya merupakan salah satu modal perekat dalam menjalin persaudaraan dan kebersamaan dalam masyarakat untuk menjadi salah satu pilar dalam bingkai NKRI. Karena Indonesia tanpa budaya tentu akan terceraiberai.

“Berbekal pengalaman ketika LPMK memberikan inspirasi kepada pihak birokrasi serta dari LPMK di kelurahan yang secara kebetulan juga banyak menjadi keluarga Permadani yang ikut nyengkuyung acara Kirab Gelar Budaya ini sehingga dapat terselenggara dengan baik,” tuturnya.

Salah satu faktor sukses kegiatan Gelar Budaya yang terselenggara di Kecamatan Mijen dikatakan Edi, adalah merupakan sinergitas semua pihak yang ikut terlibat dan turut serta nyengkuyung kegiatan, mulai dari kecamatan, kelurahan, LPMK serta unsur lainnya dan juga ide cemerlang keluarga Permadani Cabang Kecamatan Mijen.

Ia berharap kegiatan Gelar Budaya Kecamatan Mijen dapat berlangsung menjadi ajang kegiatan rutin tahunan dengan perencanaan yang labih matang. Minimal untuk LPMK kelurahan mengagendakan kegiatan budaya dengan anggaran LPMK, karena anggaran tersebut dapat menentukan untuk kegiatan di tahun berikutnya.

“Kedepan semoga LPMK dan Permadani Cabang Mijen dapat menyelenggarakan kegiatan budaya lebih bervariatif lagi dalam rangka ikut memelihara dan melestarikan budaya nasional bangsa,” pungkas Edi.

Related Articles

Back to top button