Mengenang 40 Hari Wafatnya KH Masjkur Hasjim Bertepatan Nusulul Qur’an 17 Ramadhan 1441 H.
Lia Istifhama : “Beliau Tidak Pernah Marah, Dan Suka Terjaga Di Malam Hari !”
SURABAYA – HKNews.info : Sebuah catatan kecil namun penuh makna kehidupan, diungkapkan Lia Istifhama, ihwal sang Ayahanda Tercinta Alm KH Masjkur Hasjim, seorang tokoh besar PPP sekaligus Ulama yang disegani, yang telah berpulang ke Rahmatullah pada pagi hari jelang fajar menyingsing, Kamis tanggal 2 April 2020 lalu.
Dimulai dari sebuah kebanggaan pada sang Ayahanda Tercinta, bahwa Alm KH Masjkur Hasjim juga pengagum Rasulullah SAW.
“Ayah saya sangat sering menceritakan kisah Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Saya merasakan banget kalau ayah saya sangat mengagumi Rasulullah. Saya berpikir, mungkin kekaguman tersebut menyatu dalam kehidupan nyata. Sejak dulu, saya kalau ditanya orang, berapa saudara? Selalu saya jawab bahwa kami enam bersaudara, 4 perempuan dan 2 laki-laki, seperti halnya putra putri Rasulullah dengan Siti Khadijah ra”, tutur Lia, putri tercinta Hj. Aisyah, kakak kandung Gubernur Khofifah ini.
“Beliau sangat sering membaca kitab-kitab hadis, terutama Shahih Bukhari. Banyak lipatan dalam kitab-kitab tersebut. Bukti bahwa beliau tidak sekedar membeli sebuah buku atau kitab sebagai pajangan, melainkan memang membaca. Terbukti, memang banyak hadis yang beliau hafalkan. Saya sejak dulu, jika bertanya tentang hadis, sering ke beliau langsung”, jelas pembina Raudlatul Banin wal Banat Al-Masykuriyah ini.
Menurut Lia, siapapun yang pernah mengenal beliau (KH. Masjkur Hasjim), memiliki pendapat sama, yaitu tidak pernah melihat beliau marah.
“Banyak kisah yang mengakui sikap dermawan beliau. Saya sendiri melihat hal yang sama, yaitu gak mentoloan, gampang ngesakno dan ingin membuat orang senang. Oleh sebab itu, di usia tua beliau, kami selalu berusaha menunjukkan perhatian agar beliau tidak terlalu memikirkan banyak orang. Pernah saya bilang, banyak orang yang sudah dibantu ayah, banyak yang sudah berhasil dan sebagainya. Jadi ayah tidak perlu banyak mikir untuk nyenengin orang terus”.
“Beliau berusaha enerjik, berusaha tetap menjaga kesehatan. Sebagai contoh, rajin naik sepeda ontel setiap pagi sampai jelang siang. Soal makanan, menghindari banyak lemak ataupun karbohidrat. Semua wajar saja, konsumsi gula juga jarang. Ketika pandemi Covid 19 mulai terjadi, beliau mengurangi banyak aktivitas di luar maupun berinteraksi dengan orang. Beliau juga suka mengonsumsi jamu selain habbatus sauda untuk menjaga kesehatan tubuh”.
“Beliau jika malam hari, terutama dini hari, biasanya tidak tidur, digunakan untuk ibadah, seperti sholat, mengaji, membaca wirid (dzikir), maupun membaca kitab. Kalaupun tertidur, biasanya sebentar saja untuk kemudian terbangun kembali”.
“Beliau sangat care dengan anak kecil, sangat sayang. Beliau juga sering diminta doain anak kecil, misalnya, didoain supaya sehat dari sakit ataupun supaya cerdas. Anak-anak kecil pun nurut sama beliau, mungkin karena itu tadi, sikap ngemong dan sabarnya yah. Jadi anak kecil kalau dipangku beliau, pasti betah”.
“Beliau ini sangat-sangat NU tapi sangat menghargai perbedaan kultur dengan non NU. Terbukti, rekan beliau yang bukan dari NU, terlihat akrab dan berhubungan baik tanpa ada suatu perbedaan prinsipil antara NU dengan lainnya. Yang saya pahami, bahkan tokoh non NU pun segan dengan beliau, sehingga jika ada suatu masalah antara kader NU dengan Non NU, biasanya cepat cair jika ada beliau menjadi penengahnya”.
“Istilah singa podium sangat melekat pada beliau. Banyak rekan beliau yang menceritakan betapa garangnya beliau ketika berpidato, berceramah. Beliau berani mengkritisi pemerintah, namun tidak sampai memprovokasi. Itu uniknya. Jadi beliau dikenal sebagai motivasi agar rakyat kecil berani berpendapat, tapi bukan kemudian membenci pemerintah. Beliau sangat bisa menjaga sikap kritis dari radikalisme. Bahkan konon, beliau pernah ditangkap polisi karena garangnya berpidato. Namun ketika di kantor polisi, beliau malah bisa mengajak guyon polisi dan satu sama lain malah akrab. Dan memang tidak ada dampak negatif dari pidato beliau selama ini, tidak ada yang rusuh menjadi anti pemerintah dan sebagainya”
Itu beberapa sikap bijak beliau yang saya pahami. Sedangkan mengenai wafatnya, beliau sering membaca hadis yang menjelaskan tentang bab ‘mati mendadak’. Beliau juga pernah berujar, bahwa orang yang Soleh, orang yang baik, wafatnya pada tanggal atau bulan yang sama dengan kelahiran. Beliau wafat pada bulan April, 12 hari sebelum hari ulang tahun,” pungkas Pembina Ponpes Raudlatul Banin Wal Banat, Lia. (dicuplik dari newspantau/her)