AdventorialHeadline

Konsisten Memutus Mata Rantai Kemiskinan Dengan Bea Siswa Pendidikan

Selama Masa Kepemimpinan Wali Kota Risma

Saat Penandatanganan MoU Dengan Citilink untuk program bea siswa dari Pemkot Surabaya

Pendidikan selalu menjadi program prioritas Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya selama masa kepemimpinan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Melalui program bea siswa pendidikan, Wali Kota Risma yakin bias memutus mata rantai kemiskinan di Kota Pahlawan.

Sejak awal kepemimpinan Wali Kota Risma tahun 2010 hingga saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya selalu konsisten memberikan bea siswa pendidikan atau bea siswa Generasi Emas Surabaya (Gemas). Hingga tahun 2020 ini, sebanyak 2.932 anak sudah mendapatkan bea siswa ini, baik untuk kuliah di perguruan tinggi maupun bea siswa untuk berbagai pelatihan khusus.

Wali Kota Risma menjelaskan salah satu cara untuk memutus mata rantai kemiskinan di Kota Surabaya dengan memberikan bea siswa pendidikan. Karenanya, setiap membuka bea siswa, pemkot selalu mengutamakan anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. “Nah, ketika mereka mendapatkan bea siswa dari pemkot, kemudian lulus, mereka langsung bekerja di tempat yang mungkin tidak pernah mereka pikirkan, jika sudah seperti ini, maka mereka akan dapat meningkatkan status social ekonomi keluarganya,” kata Wali Kota Risma.

Wali Kota Risma Bersama Pilot M Salman Faris, Yang Lulus dari Bea Siswa Pemkot Surabaya

Menurutnya, di masyarakatitu stigma melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi dibutuhkan biaya besar masih sangat kuat. Makanya, Wali Kota Risma mengaku selalu membujuk satu per satu anak-anak yang secara akademik bagus, namun terbentur ekonomi untuk melanjutkan pendidikan. “Bea siswa inisolusinya. Sekarang sudah banyak yang menerima manfaat dari bea siswa ini,” tegasnya.

Walikota yang juga menjabat Presiden UCLG ASPAC ini memastikan, kualitas kerja dari anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu ini sangat luar biasa. Sebab, mereka sadar bahwa berasal dari keluarga yang kurang mampu, dan jarang-jarang mendapatkan kesempatan kerja di tempat yang tidak pernah mereka pikirkan. “Jadi, mereka itu biasanya rajin-rajin, loyal, dan dapat membantu keluarga atau lingkungannya,” ujarnya.

Sejak tahun 2010-2017, program bea siswa Gemas ini dikelola oleh Dinas Sosial. Dengan berjalannya waktu, sejak tahun 2018 sampai sekarang, dialihkelolakan kepada Dinas Pendidikan Surabaya. Sejak saat itu pula, program bea siswa ini semakin massif dan bervariasi.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo menjelaskan bahwa pada saat dikelola oleh Dinas Sosial , program bea siswa itu sudah dirasakan manfaatnya oleh 791 anak Surabaya. Mereka menyebar di berbagai perguruan tinggi, diantaranya di Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) sebanyak 73 orang, Universitas Airlangga (UNAIR) 267 orang, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) 184 orang, dan di Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA) 89 orang, Politeknik Kesehatan (Poltekes) Kemenkes 31 orang, dan di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jatim 57 orang.

Selainitu, ada pula bea siswa pelatihan design baju dan menjahit 1 orang, Basic Aircraft Strukture-ATKP 23 orang, Diklat Operator Lantai Bor-Migas 14 orang, Diklat Operator Lantai Perawatan Sumur-Migas 8 orang, Diklat Juru Las-Migas 15 orang, dan Diklat Aircraft Technical Assistant-ATKP 24 orang. “Yang paling fenomenal adalah kami memberikan bea siswa pendidikan pilot kepada 5 orang anak Surabaya yang kurang mampu. Saat ini mereka sudah bekerja sebagai pilot di Citilink,” tegasnya.

Setelah pengelolaannya berada di Dinas Pendidikan, program bea siswa Gemas itu telah dirasakan oleh 2.141 anak Surabaya. Mereka berada di UPN 198 anak, UNESA 458 anak, UNAIR 275 anak, ITS 68 anak, Poltekkes 96 anak, PENS 22 anak, PPNS 31 anak, UINSA 323 anak, Trunojoyo 4 anak, UINMA 1 anak, UNS 1 anak, Poltekbang 47 anak, Politeknik UBAYA 179 anak, danUnitomo 5 anak. “Khusus yang di kampus-kampusinisebanyak 1.708 anak yang menerima bea siswa,” katanya.

Di samping itu, pada tahun 2018, Dinas Pendidikan juga memberikan bea siswa bagi hafidh atau penghafal Al-Quran di tingkat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 10 anak, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 5 anak, SekolahMenengahAtas (SMA) 6 anak, dan bagi mahasiswa 13 anak. “Tahun 2018 itu, bea siswa bagi hafidh 34 anak,” ujar Supomo.

Sedangkan tahun 2019, Dinas Pendidikan memberikan bea siswa Hafidh sebanyak 399 anak, yang terdiri dari Taman Kanak-kanak (TK) 27 anak, penghafal 3 juztingkat SD 209 anak, penghafal 5 juztingkat SD 98 anak, penghafal 7 juztingkat SMP 44 anak, dan penghafal 10 juztingkat SMP 21 anak.

“Jadi, sangat banyak bea siswa yang diberikan kepada anak-anak Surabaya. Harapan kami bea siswa ini dapat menunjang masa depan mereka, sehingga mereka bias memutus mata rantai kemiskinan di keluarganya masing-masing,” katanya.

Sementara itu, Muhammad Salman Faris, satu diantara lima penerima beasiswa Pilot mengatakan terima kasih banyak kepada Wali Kota Risma dan jajaran Pemkot Surabaya yang telah memberikan bea siswa pilot ini. Ia juga mengaku tidak pernah menyangka akan menjadi pilot karena berasal dari keluarga yang kurang mampu.

“Setelah saya lulus pendidikan pilot, saya kerja di Citilink dan saat ini saya bias mencover keluarga inti, adik dua-duanya saya cover biaya pendidikannya, sedikit-sedikit tante dan saudara lainnya juga saya bantu. Jadi, benar-benar sangat berpengaruh dalam perekonomian keluarga kami. Tiada kata lain selain terima kasih sebesar-besarnya Bu Risma. Semoga ibu sehat selalu, amin,” kata Salman sambil meneteskan air matanya. (ADV)

Related Articles

Back to top button