Nasional

Industri Manufaktur Paling Potensi Serap Tenaga Kerja  

JAKARTA – HKNews.info : Industri manufaktur terus menyerap tenaga kerja dalam negeri seiring adanya peningkatan investasi atau ekspansi. Ini menjadi salah satu efek berantai dari aktivitas industrialisasi yang sekaligus turut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Ada enam besar sektor industri manufaktur yang menyerap tenaga kerja banyak, yakni industri makanan dengan kontribusi hingga 26,67 persen, disusul industri pakaian jadi (13,69%), industri kayu, barang dari kayu dan gabus (9,93%). Selanjutnya, industri tekstil (7,46%), industri barang galian bukan logam (5,72%), serta industri furnitur (4,51%).

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan, tiga pilar utama yang perlu menjadi perhatian untuk memacu pertumbuhan industri nasional, yaitu investasi, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM). “Nah, ketersediaan SDM yang terampil sangat diperlukan guna meningkatkan produktivitas dan daya saing sektor industri,” jelasnya.

Apalagi, di era revolusi industri 4.0 yang bergulir saat ini, membutuhkan tenaga kerja kompeten terutama dalam penguasaan teknologi digital. “Upaya ini sesuai implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, yang salah satu program prioritasnya adalah meningkatkan kualitas SDM,” imbuhnya.

Menurut Menperin, dari tiga pilar utama tersebut, Indonesia memiliki modal dan potensi besar dalam pengembangan SDM. Hal ini tidak terlepas dari momentum bonus demografis yang sedang dinikmati hingga 15 tahun ke depan.

“Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo mengamanatkan agar tahun ini lebih fokus dan gencar menjalankan berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan vokasi, setelah fokus pada pembangunan infrastruktur,” paparnya.

Dalam menuju sasaran itu, Kemenperin sedang berupaya menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan industri 4.0.“Dalam penguatan kualitas SDM-nya, perlu dilakukan melalui redesain kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan industri di era industri 4.0 serta program talentmobility untuk profesional,” terangnya.

Implementasinya, Indonesia akan merombak kurikulum pendidikan dengan lebih menekankan pada bidang Science, Technology, Engineering, Arts, dan Mathematics (STEAM). Selain itu, fokus untuk meningkatkan kualitas unit pendidikan vokasi.

Di tengah kondisi perlambatan ekonomi di tingkat global, Kemenperin optimistis memasang target pertumbuhan industri nonmigas sebesar 5,4 persen pada tahun 2019. Adapun sektor-sektor yang diproyeksikan tumbuh tinggi, di antaranya industri makanan dan minuman (9,86%), permesinan (7%), tekstil dan pakaian jadi (5,61%), serta kulit barang dari kulit dan alas kaki (5,40%).

 

Program SDM kompeten

Kemenperin telah memiliki berbagai program strategis dalam menciptakan SDM industri kompeten. Misalnya, melalui pelaksanaan pendidikan vokasi dengan model dualsystem atau sistem ganda yang diadopsi dari Jerman dan Swiss, yakni 70 persen praktik dan 30 persen teori. Ini diaplikasikan di seluruh unit pendidikan milik Kemenperin.

“Kami punya sembilan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 10 Politeknik, dan 2 Akademi Komunitas. Seluruh lulusannya terserap di dunia industri. Tahun ini, menargetkan peserta didik sebanyak 19.478 orang,” sebut Airlangga.

Program lainnya, yakni pembangunan politeknik atau akademi komunitas di kawasan industri. Tahun ini, Kemenperin memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Cilegon, Banten dan Politeknik Industri Agro di Lampung.

Selanjutnya, Kemenperin melanjutkan peluncuran program pendidikan vokasi yang linkandmatch antara SMK dengan industri. Program yang sudah menjangkau wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi ini ditargetkan mampu melibatkan sebanyak 2.600 SMK dan 750 industri pada 2019.

Tahun ini, Kemenperin juga terus menggelar program pelatihan industri berbasis kompetensi dengan sistem 3 in 1 (Pelatihan, Sertifikasi, dan Penempatan Kerja) yang ditargetkan dapat menjaring 72.000 peserta. Program ini dapat dimanfaatkan para penyandang disabilitas. (her)

 

Related Articles

Back to top button