Paparan Tanpa Jumawa Fikser di ‘Kursi Panas’ Ruang Sidang Wali Kota Surabaya

SURABAYA – HKNews.info : Tepat pukul 11.00 Wib Muhamad Fikser, AP, MM, selaku Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, Pemerintah Kota Surabaya, harus duduk di “kursi panas” forum Paparan Inovasi Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Kota Surabaya.
Seperti para pejabat struktural lainnya sebelum maupun sesudahnya, di Ruang Sidang Wali Kota ini, sesuai jadwal yang sudah ditentukan yakni hari Rabu (12/03/2025) , Muhamad Fikser pun harus berhadapan dengan Wali Kota Eri Cahyadi serta dua penguji lainnya, masing – masing Profesor Bagong Suyanto dan Hari Fitrianto, keduanya intelektual akademisi dari Universitas Airlangga, Surabaya.
Begitu panjang dan rinci paparan Fikser, dari penertiban pedagang kaki lima secara humanis di banyak tempat di antero Kota Surabaya oleh Satpol PP yang dikomandaninya, penertiban RHU, hingga pencegahan dan pengamanan perang sarung yang selalu terjadi di bulan puasa, disiarkan secara live di YouTube.
Usai pemeparan, meluncur lima pertanyaan dari Profesor Bagong yang masing – masing ditanggapi Fikser secara lugas. Begitu juga tiga pertanyaan dari Hari Fitrianto. Ditambah lagi pengarahan dan pesan dari Wali Kota Eri Cahyadi. Suasana khidmat dan tegang masih terasa di Ruang Sidang Wali Kota itu, hingga di penghujung acara yang dipungkasi dengan foto bersama Muhamad Fikser dan ketiga orang pengujinya.
Kepada awak media yang telah menunggunya di luar ruang siding, Fikser mengungapkan soal pembentukan Kampung Tangguh. “Kita sudah punya data lokasinya itu dimana saja, dengan dasar itu nanti kami akan melakukan pembentukan kampung tangguh strateginya kami akan turun bersama melalui kelurahan dan kecamatan lalu ke warga, dirumuskan dulu konsepnya bagaimana. Nanti cara operasionalnya seperti apa, jangan kita cuma bentuk saja terus tidak ada aktivitas,” katanya.
Terus yang kedua, lanjut Fikser, tadi Pak Wali juga minta untuk ada beberapa pos yang harus kita buat ataupun kita pasang, ini segera saya akan koordinasikan dengan teman-teman di cipta karya. Untuk pos-pos mana saja, terus kita akan mengganti dengan CCTV, kita akan siapkan juga personil yang ditempatkan di sana. Nah nanti ada diminta untuk pemantauannya juga lewat aplikasi CCTV itu.
Berikutnya Pak Wali juga minta saya koordinasi dengan Dishub mungkin juga dengan camat setempat untuk pembahasan perkawasan mana-mana yang perlu portal. Nah portal ini kan juga harus kita bahas, portal memang harus swadaya, ini kan harus ada pendekatan-pendekatan bagaimana mekanismenya. Dan pengaturan portal itu pun juga harus ada yang jaga, untuk tutup dan buka, karena ketika siang bisa menjadi jalan tembus mengatasi kemacetan.
Wali Kota Eri Cahyadi juga minta penataan kawasan PKL Kedungdoro. “Tadi kan beliau minta supaya itu ditata di sana, jadi sebenarnya kita sudah tata PKL di sana, PKL itu sudah di badan jalan sebenarnya, mereka sudah duduk di pendistrian. Tapi mungkin luasnya harus ditata ulang biar kelihatan rapi. Itu juga jadi masukan Pak Wali yang kemudian akan kami laksanakan,” tuturnya.
Menurut Fikser, beberapa PKL di dalam kota punya potensi dikembangkan menjadi Wisata Kuliner, diantaranya adalah PKL di Jalan Kedungdoro, PKL di Jalan Demak, serta PKL di Jalan Indrapura yang sedang didalami. Serta kemungkinan dibentuknya paguyuban PKL. Di kawasan Surabaya Timur dan Barat juga tak luput dari pentauannya untuk ditata dan digali potensinya.
Terkait titik – titik rawan di Surabaya, Fikser mengungkapkan data tahun 2024 menyangkut 28 lokasi titik rawan di 13 kecamatan. Sedangkan tahun 2025 ini baru terpantau 6 lokasi di 4 kecamatan. “Jadi kalau ada sekelompok pengendara motor melintas, saling bertemu di jalanan, ada ketersinggungan diantara mereka dan terus terpancing, di situlah kemungkinan terjadinya tawuran,” ungkapnya seraya menambahkan, pihak kepolisian tak lepas juga memantaunya secara profesional. “Kalau kami (Satpol PP) kadang juga ikut muter bahkan bergabung di konvoi kendaraan mereka untuk mengawasi,” kata Fikser.
Selaku Kasatpol PP Kota Surabaya, Fikser sangat berterima kasih atas dukungan jajaran samping dalam turut menciptakan suasana tertib dan nyaman di Kota Pahlawan. “Seperti dari kepolisian maupun kejaksaan, yang mendukung kami dalam melakukan penertiban di masyarakat. Hal itu agar kami selaku Satpol PP tidak ‘jumawa’ (sombong, Red),” ucapnya.
Untuk kejadian perang sarung, lanjut Fikser, selama 6 bulan belakangan ini baru ditemukan satu kasus yang terjadi di Jalan Ngaglik. Sebelumnya terjadi di kawasan Simokerto, Viaduk dan Ngaglik, sampai hari ke 12 di bulan puasa.
Terhadap mereka yang terlibat geng motor, tawuran dan perang sarung, kata Fikser, ditangani secara humanis, berupa tindakan pembubaran sampai kepada penangkapan untuk dilakukan pembinaan, berhubung kebanyakan pelaku adalah anak – anak yang belum dewasa.
“Seperti dituturkan Profesor Bagong tadi, tidak harus dijatuhkan sanksi terhadap mereka melainkan pembinaan dan penyaluran bakat – bakat mereka. Jadi terhadap anak – anak itu bukan kita tangkap ya, tapi dijangkau dengan tindakan selanjutnya kita suruh mandi, potong rambut mereka, pemeriksaan kesehatan, serta pendalaman oleh pihak dinas,” tutur Fikser.
Setelah itu, lanjut Fikser, anak – anak itu dibawa ke Liponsos, untuk membersihkan tempat Liponsos, menyajikan makanan kepada ODGJ (orang dengan gangguan jiwa), mencuci piring bekas ODGJ, dan memerikda kuku – kuku ODGJ. Itu bisa memukul perasaan mereka, sehingga sepulang dari Liponsos mereka jera dan tidak mau kembali lagi.
Nah, dari situ kemudian ada yang kita bawa ke liponsos. Jadi bisa teleponsos. Apa itu? Kita minta mereka bersihkan tempat liponsos, ODGJ. Terus kemudian menyajikan makanan buat ODGJ. Setelah itu mencuci piringnya ODGJ. Setelah itu kalau memeriksa kuku-kukunya ODGJ.
“Kita ajarkan kepada mereka, bahwa kalian itu harusnya bersyukur, masih diberikan sehat, fisik yang baik, maka berbuatlah yang baik. Karena ada orang yang seperti begini (ODGJ). Tak ketinggalan kami panggil orang tua atau guru mereka, dan mereka harus meminta maaf kepada masing – masing orang tuanya, serta membuat pernyataan tidak mengulangi lagi perbuatannya,” ungkap Fikser, seraya menambahkan, diantara mereka juga telah disalurkan sesuai dengan bakat masing – masing. Itu humanisnya.
“Jadi kalau untuk paparan yang tadi saya sampaikan, itu untuk posisi yang saya ajukan (periode nanti). Bukan posisi yang sekarang saya jabat, terkait apa saja yang sudah saya lakukan, dan apa inovasi yang akan saya lakukan,” pungkas Fikser. Seperti dikatakannya di hadapan Wali Kota Eri Cahyadi saat pemaparan, kalau lah ia dalam periode mendatang tidak mampu mencapai seperti apa yang ia paparkan, Fikser bersedia mundur dari jabatan. (yok)