Jateng Raya

Permadani Kota Semarang Mewisuda 46 Siswa Purna Wiyata

SEMARANG – HKNews.info – Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (Permadani) Kota Semarang kembali mewisuda 46 siswa purna wiyata Panatacara dan Pamedhar Sabda Bregada 30 (angkatan 30) Cabang Kecamatan Semarang Barat, Tugu dan Ngaliyan (Ratualiyan) atau Bregada 105 (angkatan 105) Permadani DPD Kota Semarang pada Rabu malam (22/6/2022) bertempat di Museum Ronggowarsito Semarang.

Hadir dalam wisuda purna wiyata Panatacara dan Pamedhar Sabda Bregada 30 Cabang Kecamatan Ratualiyan, Ketua DPP Permadani, Drs. Suyitno Yoga Pamungkas, M.Pd, Ketua DPW Permadani Jawa Tengah, Drs. Y.A Pedi Hedriadi, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Arif Tri laksono, SH MM, Camat Semarang Barat, Camat Tugu dan Camat Ngaliyan serta beberapa perwakilan Permadani Semarang Raya, yaitu DPD Demak, Kabupaten Semarang, Salatiga dan Kendal.

Ketua DPD Permadani Kota Semarang, Raden Bekel Sepuh Yudha Subardo, SH dalam sambutan wisuda menjelaskan, para wisudawan yang mengikuti wisuda telah mengikuti pawiyatan (kursus) penatacara dan pamedhar sabda selama 6 bulan yang dimulai pada Desember 2021 hingga Mei 2022, dan dinyatakan lulus untuk menjadi keluarga besar Permadani.

“Panjenengan nembe bade mlebet dados warga Permadani bade ngayahi jejibahan ingkang sakalangkung awerat, lelados dumateng bebrayan agung (Anda baru akan masuk menjadi keluarga Permadani yang akan menjalani pekerjaan semakin berat di masyarakat luas),” ucap Bekel Sepuh memberikan pesan kepada wisudawan.

Selanjutnya disampaikan Bardo, program Permadani Kota Semarang yang akan berjalan, antara lain akan dimulainya pawiyatan Bregada 4 Cabang Kecamatan Mijen 27 Juli 2022, pawiyatan Cabang Kecamatan Gunungpati pada akhir Juli 2022.

Dibulan sama, 14 Juli 2022 Cabang Kecamatan Banyumanik dan Tembalang (Banyulang) dengan agenda Muscam, dan disusul Muscam Cabang Ratualiyan pada 31 Juli 2022.

Ditempat sama, Ketua DPP Permadani, Drs. Suyitno Yoga Pamungkas, M.Pd menyampaikan rasa bangganya kepada jajaran DPD Kota Semarang yang telah ikut menjaga serta melestarikan budaya Jawa dengan sepenuh hati dan ihlas.angrungkebi (menjaga) budaya Jawa dengan penuh keihlasan hati.

“Sak estu bilih Panjenengan anggenipun angrungkebi dateng kabudayan kanthi linambaran rila legawaning penggalih (Benar, anda dalam menjaga kebudayaan dengan lambaran kerelaan dan hati yang legowo),” ucap Suyitno mengapresiasi.

Dihadapan Kabid Kebudayaan Dinbudpar Kota Semarang, Arif Tri Laksono, Yitno menyampaikan, Permadani berdiri sejak tahun 1984 dengan tujuan ikut menjaga dan memakmurkan budaya Jawa, dan tidak dalam kontek mencetak menjadi panatacara (pembawa acara) ataupun orang yang mahir berpidato.

“Niatipun Permadani menika namung bade ngraketaken pasederekan lumantar kabudayan, namung caranipun ngawontenaken kanthi pawiyatan panatacara tuwin pamedhar sabda (Niat Permadani itu hanya untuk merekatkan rasa persaudaraan melalui budaya, namun caranya dengan mengadakan kursus pembawa acara atau belajar bicara dihadapan banyak orang dengan kalimat yang tepat),” tutur Yitno.

Yitno berharap, kedepannya pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dapat melibatkan warga Permadani dalam setiap acara atau event – event tertentu yang berkait dengan budaya Jawa.

“Mari bersama – sama menguatkan karakter bangsa, sesuai dengan harapan Menteri Pendidikan dengan proyek penguatan profil pelajar Pancasila, dan warga Permadani siap untuk mendukung setiap program pemerintah, karena Permadani akan ikut Nduduk, Ndudah saha Ngrembaka’aken kabudayan (menggali, mengupas dan melestarikan kebudayaan),” imbuhnya.

“Senjatanipun Permadani menika inggih namung Tri Niti Yogya dan Tri Rukun (hamemayu hayuning sasama , dados juruladosing bebrayan ingkang sae, sadengah pakaryan tansah ngremenaken tiyang sanes /selalu berbuat baik terhadap sesama, sebagai pelayan masyarakat yang baik serta setiap perbuatan selalu menyenangkan orang lain), dan Permadani itu tidak punya apa – apa tapi bisa apa saja, Permadani itu tidak dimana – mana tapi bisa ada di mana – mana,” kata Yitno ditujukan pada Kabid Kebudayaan Disbudpar Kota Semarang.

“Kanthi tansah ngunjukaken puja pudyastuti syukur dhumateng ngarsanipun Gusti ingkang murbeng dhumadi, panjenengan para kadang winisuda Bregada 105 Permadani Kota Semarang, kula aturi nama sanggan, kanthi nama “Sangga Kridha Mardawa” mugi Gusti tansah angijabahi (Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, anda para wisudawan angkatan 105 Permadani Kota Semarang saya beri nama Sangga Kridhamardawa),” ucap Suyitno memberikan nama Bregada 30 Ratualiyan.

Sementara itu, Ketua Permadani Cabang Ratualiyan, Hadi Kusmanto saat dimintai keterangan usai acara wisuda terkait konsep acara wisuda yang digelar dengan menampilkan tata cara paragan panggih Yogya dengan cakrik Yogya dimana untuk di Kota Semarang pada umumnya menggunakan cakrik Surakarta Hadiningrat.

“Kita sepakat untuk menunjukkan salah satu aset yang biasa terlaksana di masyarakat tapi jarang dilaksanakan. Kali ini di angkatan 30 Cabang Ratualiyan, mencoba menampilkan tatacara paragan panggih Yogya yang notabene di Semarang kiblatnya sering menggunakan cakrik Surakarta Hadiningrat,” kata Kusmanto.

Melalui audisi para pemeran dalam paragan yang digelar pada acara wisuda telah dipilih siapa saja yang akan berperan dalam peragaan tersebut.

Dari mulai pambiwara, sesorah medhar sabda, jurulaku (paragan) semuanya sudah melalui pelatihan dengan konsep acara panggih yang sesungguhnya.

“Kita dapat nilai positif dari paragan yang terdiri dari kolaborasi antara generasi muda dengan generasi tua, itu menjadi salah satu kreasi dan inovasi yang ingin kita tampilkan,” ujar Kusman.

Diceritakan Kusman, pawiyatan Panatacara dan Pamedhar Sabda yang ada di Museum Ronggowarsito Semarang dimulai pada tahun 2001 bregada pertama, hingga bregada 30 sesuai dengan data arsip sudah meluluskan sabanyak 1053 orang.

“Khusus untuk warga Ratualiyan (Semarang Barat, Tugu dan Ngaliyan) ada sekitar 700 orang, selainnya dari luar kota,” tutur Kusman.

Menurutnya, meskipun dari beberapa kota karesidenan mempunyai tempat pawiyatan, namun daya tarik museum Ronggowarsito memiliki nilai prestise, sehingga menjadi pilihan untuk ikut pawiyatan.

Kusman berharap, kedepan akan membuat sistem pembelajaran semakin inovatif dan berharap apa yang baik disampaikan kepada masyarakat, dan jika ada kekurangan dalam melayani dan membimbing kiranya masyarakat berkenan untuk memberi masukan. (had).

Related Articles

Back to top button