Mengolah Sampah Menjadi Listrik
TPA Benowo Manfaatkan Sampah Surabaya Jadi Sumber Energi
Konsep smart city yang disandang Kota Surabaya diaplikasikan di semua bidang, termasuk pengelolaan lingkungan. Salah satunya, pengolahan sampah menjadi energi listrik yang telah sukses dikerjakan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo.
Plt Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya Eri Cahyadi menuturkan, sebanyak 1.300–1.500 ton sampah per hari diolah di TPA Benowo. Lahan 37,4 hektare tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik dalam waktu yang panjang.
Sampah diolah jadi sumber energi yang dapat digunakan. Eri mengaku, sebelumnya Pemkot Surabaya mengajukan dua syarat untuk perusahaan yang mengikuti lelang pengolahan sampah.
”Dua syarat tersebut yakni tentang kemampuan perusahaan memanfaatkan sampah menjadi energi terbarukan serta perihal sanitasi. Keduanya harus dipenuhi agar menang dalam lelang,” ujarnya. Pada akhirnya, PT Sumber Organik (SO) memenangkan lelang. Investor itu bekerja sama dengan Pemkot Surabaya dengan perjanjian Build Operate Transfer (BOT) selama 20 tahun, terhitung sejak 8 Agustus 2012.
Eri menambahkan, pengolahan sampah menjadi listrik oleh PT SO bukan sekadar demi mendatangkan keuntungan, namun untuk berinovasi agar lingkungan di Kota Pahlawan tetap terjaga. Bila pengelolaan sampah tidak dilakukan dengan baik, bakal berdampak buruk pada masyarakat. Sebab, sampah yang tak tertangani dengan benar dapat mengakibatkan banjir dan wabah penyakit.
Untuk hasil penjualan ke PLN, nominalnya bisa mencapai Rp2 miliar per bulan. Eri menuturkan kalau hal tersebut menjadi hak PT SO. “Untuk pemasukan, itu merupakan sampingan yang dihasilkan sendiri oleh PT SO. Jadi, tidak masuk PAD. Tapi pemkot tetap senang karena sampah dapat dimanfaatkan dengan baik,” ungkapnya.
Lebih lanjut, pria yang juga menjabat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya ini menjelaskan bahwa sampah yang ada di perumahan warga dikumpulkan ke tempat pembuangan sementara (TPS). Kemudian, truk DK RTH mengangkut sampah dari TPS menuju TPA Benowo. Di tempat inilah, sampah dari seluruh penjuru kota diolah menjadi listrik.
Pengolahan sampah menjadi listrik di TPA Benowo sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang percepatan pembangunan instalasi pengolah sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan yang disahkan pada April tahun lalu.
Terus Berinovasi Menuju 11 Megawatt
Tumpukan sampah yang membukit di TPA Benowo tak sia-sia begitu saja. PT SO memanfaatkannya menjadi energi terbarukan yang siap digunakan, dengan mengubah sampah jadi sumber gas metana. Gas tersebut merupakan bahan baku utama listrik lewat sistem landfill gas collection. Koordinator Operasional TPA Benowo Muhammad Ali Asyhar menuturkan, mengubah sampah menjadi listrik memang bukan perkara mudah, namun PT SO mampu mengolahnya dengan baik.
Awalnya, sampah ditumpuk di satu lokasi, dipadatkan, lalu didiamkan. Gunungan sampah yang dipadatkan sebelumnya, dibentuk terasering agar pondasi tak longsor dan membahayakan pekerja. Tingginya juga tak boleh lebih dari 25 meter.
Sampah yang tertata rapi kemudian disemprot untuk meredam bau lalu ditutup menggunakan tiga jenis cover, yakni tanah, terpal, dan membran atau plastik hitam tebal. Perlahan, tumpukan sampah tersebut menghasilkan gas metan yang siap panen.
Kuantitas dan kualitas sampah tak stagnan, beberapa indikator menjadi faktor penentu. Diantaranya, kondisi musim dan jenis sampah. Beberapa jenis sampah juga butuh perlakuan khusus bergantung cuacanya.Hal itu untuk menjaga bakteri penghasil gas metan tetap terjaga dengan baik.
”Gas metan yang dipanen itu lalu dialirkan lewat pipa-pipa menuju mesin buatan produsen asal Austria. Dari situ, listrik dialirkan ke PLN lewat travo. Kami punya dua unit dan masing-masing mampu menghasilkan satu Megawatt,” imbuh Ali.
Keberhasilan PT SO tak membuat mereka stagnan. Kini, TPA Benowo bersiap menerapkan sistem gasifikasi demi menghasilkan pasokan listrik yang lebih banyak. Selain itu, menurut Ali, teknologi gasifikasi lebih ramah lingkungan dan memiliki proses produksi yang lebih efektif karena tak perlu menunggu waktu satu bulan untuk dapat memanen gas.
”Caranya, sampah dibakar hingga jadi arang. Lalu, arang dipanaskan sampai suhu 1.000 derajat Celsius untuk mendidihkan air yang uapnya untuk menggerakkan turbin penghasil listrik berkapasitas 9 Megawatt,” ungkapnya. Ali melanjutkan, sumber air akan diambil dari Sungai Romo. Sistem yang digunakan mirip Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) memakai batu bara.
Inovasi tersebut diamini oleh Eri. Menurutnya, hal itu sejalan dengan program Pemkot Surabaya demi merealisasikan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang lebih maksimal. Saat ini, dengan Land Fill Gas Power Plant, TPA Benowo mampu menghasilkan listrik 2 megawatt per hari. Selanjutnya, pengembangan infrastruktur berupa Gasifikasi Power Plant terus dikebut penyelesaiannya. Listrik yang mampu dihasilkan dengan sistem gasifikasi ditaksir sekitar 9 megawatt per hari. Jadi ke depan TPA Benowo mampu menghasilkan listrik 11 megawatt per hari.
“Gasifikasi Power Plant ditarget selesai akhir tahun ini. Mohon doanya agar tidak ada kendala berarti sehingga proyek tersebut dapat selesai tepat waktu,” pungkas Eri.(adv)