BudayaHKsiana

Ning Lia – Kompi, Ajak Warga Suroboyo Jaga Kepekaan Sosial, Solidaritas, Dan Tenggang Rasa.

Ning Lia (tengah kerudung merah) dan Kompi

SURABAYA – HKNews.info : Komunitas Millenial Peduli Indonesia, atau disingkat “Kompi” yang dikomandoi Nicodemus Raphonde, kembali menggelar acara cangkrukan sore – sore, bersama Ning Ceria alias Ning Lia (Lia Istifhama, S.Sos, S.H.I, M.E.I), dan segenap anggota komunitas, di Waroeng Pilem, Jl. Jarak 27, Surabaya, Rabu (21/8), bagda Ashar.

Pada kesempatan cangkrukan bertema Generasi Millenial Bermodal Sosial, ini Kompi mendapuk Ning Ceria dan Dr. Pieter J Manoppo (aktivis dan ahli bedah) sebagai narasumber. Menurut Mahendra, wakil ketua Kompi yang pada diskusi 21 agustus kemarin didapuk sebagai moderator, mengklaim bahwa Kompi memiliki jaringan 1500 kaum millenial.

Ning Lia memulai pemaparannya dengan membahas pentingnya modal dan kepekaan sosial. “Bullying, cacian haters di sosial media, pertikaian hanya karena berita hoax ataupun sikap hyperbola, merupakan alasan mengapa modal sosial, kepekaan dan kepedulian sesama manusia, penting kita perhatikan. mungkin kita sekarang masih enjoy saja karena tidak ada satupun dari kita yang mengalami situasi, perlakuan sosial yang tidak nyaman,” paparnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, penting bagi kita menjaga kepekaan sosial, solidaritas, dan menjaga tenggang rasa sesama manusia. “Nedha nerima (menerima apa adanya, Red) istilahnya…,” tutur  Ning Lia, yang juga seorang dosen, seraya mengulas pula modal sosial secara teoretis. Lia mengkaji modal sosial dalam perspektif beberapa tokoh, seperti Ibnu Khaldun, Pierre Bourdieu, Robert Putnam, dan Fukuyama.

Narasumber Pieter J Manoppo mengkaitkan pentingnya modal sosial yang dibentuk dari upaya seseorang memelihara kesehatannya.

“Menjaga kesehatan fisik sama halnya kita menjaga psikis kita untuk terus berpikir positif”. Ahli bedah tersebut juga mengingatkan pentingnya peran diri kita masing-masing untuk menjadi role model yang baik untuk orang lain, terutama generasi mendatang.

Lia sendiri, di akhir diskusi menjelaskan bahwa dirinya ingin persoalan kepekaan sosial menjadi hal yang penting untuk dimiliki banyak orang.

Eker (bertikai) itu elek (jelek), akur (rukun) itu apik (baik). Jadi kita semua semoga tidak mudah eker-ekeran. Baper boleh tapi mangkel gak boleh. Kita mungkin gampang ngerasani orang kalau lagi mangkel. Tapi setelahnya harus evaluasi diri. Bahwa ternyata sikap mudah marah itu tidak baik. Kita harus lihat situasi orang lain ketika kita tak sengaja berselisih paham. Jangan asal marah terus mikir jelek terhadap orang lain karena kita akan malu kalau ternyata kita yang salah menilai. Jadilah cermin yang berusaha membangun sikap obyektif ketika berinteraksi sosial. Dan yang paling penting, belajar ikhlas, belajar sabar. Kata orang Suroboyo, meski dimangkelin wong liyo, gak usah kesusu melu mangkel”, ujar aktivis perempuan tersebut.

Sementara itu, pencetus Suroboyo Ceria yang mengusung Ning Lia menuju Bacawali Surabaya 2020, Gus Dar, menambahkan, bahwa kaum milenial sebagai kekuatan politik yang sangat berbeda dari kelompok politik yang lainnya, karena generasi milenial sangat dekat dengan digitalisasi dan media sosial yang tanpa disadari memahami adanya keuntungan perkembangan. (her)

Related Articles

Back to top button