Rampak Remo Diiringi Gamelan Suroboyo Marakkan Resepsi HJKS Ke-725 Di Taman Surya
“Ayo Lawan Terorisme Dengan SIPANDU !”
SURABAYA – HKNews.info : Perhelatan agung Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke 725 yang dikemas dalam acara “Resepsi” sungguh meriah di Taman Surya, Balai Kota Surabaya, Kamis (31/05). Berbagai acara khas Suroboyo disuguhkan kepada ratusan tamu undangan, yang terdiri dari segenap anggota Forkopimda Kota Surabaya, para veteran, seluruh jajaran Pemkot Surabaya, serta tamu undangan lainnya.
Resepsi HJKS ke 725 kali ini benar – benar bersejarah, karena baru saja Kota Pahlawan diguncang serangan bom para teroris yang biadab dan keji, hingga peristiwanya membahana ke antero dunia.
Diawali pembacaan sejarah singkat Kota Pahlawan oleh Ketua DPRD Surabaya, disusul kemudian alunan gamelan khas Suroboyoan yang terus mengiringi hingga akhir acara. Ada pula paduan suara pelajar yang membawakan lagu-lagu daerah khas Surabaya. Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma juga memberikan 102 penghargaan kepada masyarakat dan para tokoh yang dinilai mendukung perkembangan Kota Surabaya.
Giliran tarian khas Suroboyo, yakni Rampak Remo yang dibawakan oleh 275 penari cilik, serempak masuk dari sisi barat dan timur pelataran Taman Surya, membuat para tamu undangan terkesima dan menggemakan tepuk sorak kekaguman. Ribuan warga yang menyaksikan perhelatan ini dari luar arena, pun langsung tersedot perhatiannya.
Kemeriahan berlanjut pada gelar opera “Surabaya Ceria”. Saat itu, anak-anak berprestasi di Kota Surabaya tampil memakai baju sesuai keahlian atau bakatnya masing-masing. Selain itu, yang nampak mencolok adalah penampilan anak-anak yang memakai baju sesuai agamanya masing-masing. Mereka terlihat akrab dan bergandeng tangan, sehingga keberagaman sangat terasa dalam resepsi yang dikemas dengan sederhana itu.
Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, yang memimpin resepsi HJKS ke 725, ini membuka sambutannya, dengan ungkapan rasa duka cita yang mendalam kepada keluarga korban musibah bom di Surabaya. Sebab, para korban itu tidak bisa menikmati dan memperingati Hari Jadi Kota Surabaya ke 725. “Hari ini, kita merayakan Hari Jadi Kota Surabaya ke–725 tahun dengan hati yang terluka, karena sebagian saudara kita tidak dapat bersama memperingati dengan rasa syukur yang sepatutnya dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu, sekali lagi disampaikan rasa duka cita yang mendalam kepada keluarga para korban,” kata Walikota Risma.
Menurut Walikota Risma, para pelaku serangan bom itu telah mencoba mengoyak semua hasil kinerja kolektifmembangun kota dan bahkan sendi–sendi persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka benar–benar sengaja merusak rasa aman dan nyaman Surabaya sebagai salah satu kota teraman di dunia. “Namun, kenyataan pahit ini harus kita hadapi dan bahkan harus menjadi cambuk untuk meneguhkan persatuan dan kesatuan segenap insan di Kota Surabaya. Kini saatnya kita berdiri dan bergandengan tangan seraya berteriak, Kita Bersaudara!!!,” tegasnya.
Walikota Risma ingin membuktikan kepada dunia bahwa kebersamaan di Surabaya bisa mewujudkan cita-cita pendiri bangsa. Sebab, Bangsa ini bukan bangsa yang lemah, yang menerima kemerdekaaan sebagai hadiah penjajah. Itu telah dibuktikan 725 tahun lalu dan 10 Nopember 1945, Surabaya telah berhasil mengusir balatentara terkuat dunia.
“Inilah yang harus kita contoh, dengan satu tekad, gigih berjuang dan pantang menyerah tanpa mengenal perbedaan apapun, serta tidak pernah peduli akan keterbatasan atau halangan yang menghambat kemajuan,” kata dia.
Walikota Risma juga mengaku sangat bersyukur atas soliditas warga kota dengan segenap pemangku kepentingan Surabaya yang sungguh luar biasa. Makanya, dunia ekonomi dan bisnis di Kota Surabaya sudah bergerak dengan masif pasca musibah itu, demikian juga mobilitas dalam dan luar negeri serta implementasi dari investasi juga telah berjalan lancar tanpa hambatan berarti. “Saya pastikan kondisi Kota Surabaya saat ini sudah kembali pulih,” tegasnya.
Ia menambahkan, tantangan terbesar yang dihadapi dalam upaya membangun Surabaya , adalah daya kreativitas tinggi yang ditunjang kerja keras pantang menyerah, serta mau belajar. “Kita harus membudayakan disiplin dan toleransi. Dimulai dari diri sendiri, jangan ada korban karena tak disiplin dan merasa benar sendiri,” kata dia.
Saat ini, warga Kota Surabaya mengemban misi bersejarah “mengalahkan” musuh bersama yang sesungguhnya, yaitu kemiskinan dan kebodohan dalam arti yang luas. Sebab, apabila itu kalah, maka kita akan mengalami “penjajahan” kembali, yakni hanya menjadi “Penonton” atau “Pelayan” atau bahkan akan mengalami “devide et impera atau adu domba” di kota sendiri.
“Kita dan para Pahlawan, tentu ingin Anak–Anak menjadi Pemenang, bukan penonton. Untuk itu, izinkan saya berbicara Tidak ada yang tidak bisa, asal kita mau atau tidak,” ujarnya.
Oleh karena itu, untuk mencegah adu domba dalam bentuk terorisme dan penyebaran paham radikal, Pemkot Surabaya meluncurkan aplikasi SIPANDU (Sistem Informasi Pantauan Penduduk) yang membutuhkan peran aktifdari semua lapisan masyarakat. Melalui aplikasi ini, maka diharapkan bisa mendeteksi dini hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di Kota Surabaya. (yok)